ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Analisis laporan keuangan (financial
statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analisis untuk laporan
keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan
estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis.
Analisis laporan keuangan mencakup
perbandingan kinerja perusahaan
dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, evaluasi
kecenderungan posisi
keuangan perusahaan sepanjang waktu.
Menurut Kasmir (2008 : 68) ada 6 tujuan dan manfaat bagi
berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan, yaitu :
- Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
- Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
- Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
- Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang pelu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
- Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
- Dapat juga digunakan sebagai pembandingan dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk menganalisa laporan
keuangan,
namun pembahasan ini dibatasi hanya pada analisa rasio-rasio
keuangan.
1.Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan hubungan
kas dan aktiva lancar lainnya dengan
kewajiban lancar. Posisi likuiditas perusahaan akan sangat
berhubungan
dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Ø Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio
lancar = Aktiva lancar
Kewajiban
lancar
Misalnya PT Japurut memiliki rasio lancar 2.5 kali, dimana rasio
lancar rata-rata perusahaan dalam industri di mana PT Japurut itu berada adalah
3.6
kali. Hal ini berarti bahwa rasio lancar PT Japurut lebih rendah
daripada
rasio lancar rata-rata perusahaan dalam industri.
Bila rasio lancar suatu perusahaan jauh dari rata-rata industri,
maka
manajemen perusahaan harus menganalisa lebih lanjut mengapa hal
ini terjadi.
Ø Rasio Cepat (Acid Test)
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendek tanpa mengandalkan persediaan.
Rasio Cepat
= aktivalancar - persediaan
Kewajibanlancar
Misalnya rasio cepat PT Japurut adalah 1.5 kali dan rasio cepat
rata-rata
perusahaan dalam industri adalah 3 kali, maka berarti rasio cepat
PT Japurut jauh lebih rendah daripada rasio cepat rata-rata perusahaan dalam
industri. Jika PT Japurut mampu menagih piutang usahanya, maka PT
Japurut dapat melunasi kewajiban lancarnya tanpa melikiuidasi
persediaan.
2. Rasio Pengelelolaan Aktiva
Rasio pengelolaan aktiva ini mengukur
seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio ini juga untuk melihat
kewajaran nilai aktiva pada neraca,sehingga nilai aktiva yang disajikan tidak
terlalu tinggi, terlalu rendah.
v Rasio perputaran persediaan (inventory turn over ratio)
Rasio ini bertujuan untuk menunjukkan perputara persediaan
perusahaan.
Semakin cepat tingkat perputaran persediaan, maka semakin besar
tingkat
keberhasilan perusahaan
Rasio Perputaran Persediaan
= Penjualan
Persediaan
Misalnya rasio perputaran PT Japurut adalah 5 kali dimana rasio
perputaran
persediaan rata-rata perusahaan dalam industri adalah 9 kali. Hal
ini berarti
tingkat perputaran persediaan PT Japurut jauh lebih rendah
daripada
tingkat perputaran persediaan perusahaan lain dalam industri. Hal
ini juga
menunjukkan bahwa PT Japurut menyimpan terlalu banyak persediaan,
lebih jauh, hal ini menunjukkan bahwa PT Japurut tidak produktif
dalam
mengelola persediaannya. Dalam analisis lebih lanjut, tingkat
perputaran
rasio lancarnya.
v Rasio Periode Penagihan Rata-Rata (Day Sales Outstanding – DSO)
dibutuhkan perusahaan untuk merealisasikan penerimaan kas atas
penjualan yang telah dilakukan.
v Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets turn over ratio)
Rasio ini berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva tetapnya (pabrik, mesin, peralatan, dll.)
Rasio Perputaran Aktiva Tetap
= Penjualan
AktivaTetap Bersih
Misalkan rasio perputaran aktiva tetap PT Japurut adalah 4 kali
dimana
rasio perputaran aktiva tetap rata-rata perusahaan dalam industri
adalah 4
kali. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penggunaan aktiva tetapnya
PT
Japurut memiliki tingkat efektifitas yang sama jika dibandingkan
dengan
perusahaan lain dalam industri.
v Rasio Peruputaran Total Aktiva (total assets turnover ratio)
Rasio perputaran total aktiva ini berfungsi untuk mengukur
perputaran
semua aktiva perusahaan.
Rasio Perputaran Total Aktiva = Penjualan
Total
Aktiva
Misalkan rasio perputaran total aktiva PT Japurut adalah 1.8 kali
dimana
rasio perputaran total aktiva rata-rata perusahaan dalam industri
adalah
2.5kali. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu
menghasilkan tingkat penjualan yang cukup jika dibandingkan dengan
investasi dalam total aktivanya.
3. Rasio Manajemen Utang
Pembiayaan perusahaan bisa bersumber
dari dua pihak; pembiayaan internal
atau pembiayaan dari pihak luar (kreditur) melalui utang.
Pembiayaan dengan
utang atau sering disebut leverage memiliki dampak yang serius
bagi
perusahaan jika perusahaan ingin mendapatkan tambahan modal
melalui
utang. Calon kreditur pasti akan sangat-sangat memperhatikan
rasio-rasio ini.
§ Rasio Total Utang terhadap Total Aktiva (debt ratio)
Rasio ini berfungsi untuk mengukur persentasi dana pembiayaan
perusahaan yang disediakan oleh kreditur.
Debt ratio = Total Hutang
Total
Aktiva
Misalnya rasio utang PT Japurut adalah 60.2% dimana rata-rata
rasio utang
perusahaan lain dalam industri adalah 48.5%. Hal ini menunjukkan
bahwa
kreditor telah memberikan lebih dari setengah pembiayaan
perusahaan.
Hal ini juga berdampak, jika perusahaan mengalami kesulitan
keuangan,
maka perusahaan akan kesulitan mencari tambahan dana dari para
kreditur
atau calon kreditur. Lebih lanjut, resiko kebangkrutan PT Japurut
untuk
beberapa waktu ke depan akan jauh lebih besar daripada resiko
kebangkrutan perusahaan-perusahaan lain dalam industri.
§ Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga (time-interest-earned – TIE)
Rasio TIE ini mengukur seberapa besar laba operasi dapat menurun
sampai
perusahaan tidak dapat memenuhi beban bunga tahunan. Kegagalan
memenuhi kewajiban ini akan mengakibatkan adanya tindakan hukum
dari
pemberi pinjaman. Lebih jauh, kegagalan memenuhi kewajiban
tersebut
juga mungkin menyebabkan kebangkrutan.
TIE = EBIT
BebanBunga
Misalkan rasio kelipatan pembayaran bunga (TIE) PT Japurut adalah
sebesar
3.2 kali, dimana rasio kelipatan pembayaran bunga industri adalah
6 kali.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT Japurut untuk menutupi
beban
bunganya hanya 3.2 kali dan ini jauh daripada kemampuan rata-rata
perusahaan-perusahaan lain dalam industri.
§ Rasio Cakupan Beban Tetap (fixed charge coverage ratio)
Fungsi rasio ini serupa dengan rasio kelipatan pembayaran bunga, tetapi
rasio ini melihat lebih jauh karena mengakui bahwa ada aktiva
perusahaan
yang disewa (lease) dan harus melakukan pembyaran dana pelunasan
(sinking fund)
Rasio cakupan beban tetap
Misalkan rasio cakupan beban tetap PT Japurut adalah 3 kali dimana
rasio
rata-rata industri adalah 5.4 kali. Hal ini menunjukkan bahwa PT
Japurut
lebih lemah dibanding rata-rata perusahaan dalam industri.
4. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas atau laba adalah hasil
dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Hasil dari penerapan strategi
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Rasio profitabilitas ini menunjukkan
pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil
operasi.
Marjin Laba Atas Penjualan
Rasio ini akan menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dalam setiap nilai rupiah penjualannya
Marjin laba penjualan
= Laba bersih tersedia
untuk pemegang saham
Penjualan
Misalkan marjin laba PT Japurut adalah 4% dan marjin laba
rata-rata
perusahaan dalam industri adalah 5,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam setiap rupiah
penjualannya lebih rendah daripada rata-rata kemampuan
perusahaanperusahaan
lain dalam industri. Rendahnya marjin laba PT Japurut ini bisa
disebabkan akibat banyaknya penggunaan utang untuk pembiayaan PT
Japurut. Ingat bahwa laba bersih adalah pendapatan setelah pajak
dan
bunga. Sehingga semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi
beban
bunga yang harus dibayarkan, dan semakin rendah laba bersih yang
dihasilkan.
Rasio BEP (Basic Earning Power)
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan
laba operasi. Rasio ini juga berguna untuk membandingkan
perusahaan
dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat utang yang berbeda.
Rasio BEP = EBIT
TotalAktiva
Misalkan Rasio BEP PT Japurut adalah 15,3% dan rasio rata-rata
perusahaan
dalam industri adalah 18,3%. Hal ini menjukkan kemampuan PT
Japurut
untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum dikenakan
pajak
adalah lebih rendah dari kemampuan rata-rata perusahaan dalam
industri.
Pengembalian atas Total Aktiva (ROA – Return on Asset)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
atas penggunaan seluruh aktivanya dalam kegiatan operasinya.
ROA = Laba bersih untuk pemegang saham
biasa
TotalAktiva
Misalkan ROA PT Japurut adalah 4.8% dimana rasio rata-rata
perusahaan
dalam industri adalah 10%, hal ini menujukkan bahwa tingkat
pengembalian atas penggunaan aktiva PT Japurut jauh dibawah
tingkat
pengembalian rata-rata perusahaan dalam industri. Hal ini mungkin
saja
disebabkan oleh; 1)Rendahnya BEP (Basic Earning Power) perusahaan,
2)
tingkat bunga yang tinggi akibat pengunaan kewajiban yang demikian
besarnya.
Pengembalian atas
Ekuitas Saham Biasa (Return on common equity – ROE)
Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian atas
investasi
pemegang saham.
ROE = Laba bersih untuk pemegang saham
biasa
Ekuitas
saham biasa
Misalkan rasio ROE PT Japurut adalah 13,3% dan rasio ROE rata-rata
perusahaan dalam industri adalah 15.5%. Dari sini dapat kita lihat
bahwa ROE
PT Japurut masih tetap di bawah rasio rata-rata perusahaan dalam
industri.
5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio)
Rasio nilai pasar memberikan manajemen
petunjuk mengenai apa yang akan
dipikirkan investor mengenai kinerja perusahaan pada suatu periode
serta
prospek perusahaan tersebut pada periode yang akan datang. Jika
rasio
likuiditas, manajemen aktiva, manajemen hutang, dan rasio
profitabilitas
perusahaan baik, maka rasio nilai pasarnyapun akan menjadi tinggi.
Lebih jauh,
harga saham perusahaanpun akan setinggi nilai yang diharapkan.
·
Rasio Harga-Laba (price-earning
ratio)
Rasio ini menunjukkan jumlah rupiah yang akan dibayarkan kepada
investor
untuk setiap rupiah yang dia tanamkan pada perusahaan.
Rasio Harga-Laba
= Harga per saham
Laba
per saham
Misalkah rasio harga-laba PT Japurut adalah sebesar 9.5 kali
dimana rasio
harga-laba rata-rata perusahaan dalam industri adalah 12 kali,
maka resiko
yang akan didapati oleh investor jika menanamkan modalnya pada PT
Japurut akan lebih tinggi dibanding jika investor tersebut
menanamkan
modalnya pada perusahaan lain sejenis.
·
Rasio Nilai Pasar/Buku
(market/book ratio)
Rasio nilai pasar buku ini memberikan indikasi bagi manajemen
perusahaan
mengenai bagaimana pandangan investor terhadap perusahaan.
Perusahaan yang tingkat ekuitasnya tinggi pada umumnya akan
menjual
sahamnya lebih tinggi beberapa kali dari nilai bukunya.
Rasio nilai pasar/buku = Harga per saham
Nilai buku per saham
Misalkan rasio nilai pasar/buku PT Japurut adalah sebesar 1.5 kali
dimana
rasio rata-rata perusahaan dalam industri adalah sebesar 2 kali,
maka ini
berarti bahwa investor akan bersedia membayar lebih kecil untuk
setiap
rupiah dari nilai buku perusahaan dibanding yang investor bersedia
bayarkan kepada perusahaan lain dalam industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar